Jumat, 14 Juni 2013

DO'A HATAM QUR'AN TERJEMAH BAHASA SUNDA

DO’A KHATAM QUR’AN
Gusti…abdi asih ku quran
Jantenken pimpinan cahaya, pituduh sareng rohmat
Gusti… emutkeun abdi sadaya nu hilap…ajarkeun
Sadaya nu terang..
Pasihan abdi resep maosna
Siang wengi enjing sareng sonten
Sareng jantnken quran pembela
di akherat

yaa robbal ‘alamii…n

LOMBA PIDATO BAHASA ARAB BERHARKAT

الإِسْـلاَمُ يَعْلُوْ وَلاَ يُعْلَى عَلَيْهِ
السَّـلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ الله وَبَرَكَاتُهُ
صَاحِبُ الفَضِيْلَةِ هَيْئَةُ التَحْكِيْمِ الْمُحْـتَرَمِيْنَ ...
وَيَازُمْرَةَ الْمُسْـتَمِعِيْنَ الكِرَامْ ....
الْحَمْدُ لله.. الْحَمْدُ لله الَّذِى جَـعَلَ النَّهَارَ مَعَاشًا لِلبَشَـرِ وَاللَّيْلَ رَاحَـةً لِلأَناَمِ وَأَرْسَـلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ اَلْحَقِّ لِـيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُوْنَ وَلَوْ كَرِهَ الْمُنَافِقُوْنَ...
صَلاَةً وَسَلاَماً دَائِمَيْنِ مُتَلاَزِمَيْنِ عَلَى حَبِيْبِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الَّذِى قَدْ أَخْرَجَ النَّاسَ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّوْرِ وَمِنَ الجَاهِلِيَّةِ إِلىَ الإِسْلاَمِيَّةِ...
أَيُّهَا اَلْحَاضِرُوْنَ الكِرَامْ ...
أَقُوْمُ أَمَامَكُمْ جَمِيْعًا، لِأَنْ أَتَكَلَّمَ عَنْ دِيْنِناَ وَهُوَ الإِسْلاَمُ، كَماَ عَرَفْنَا أَنَّ دِيْنَنَا هَذَا دِيْنٌ كَامِلٌ، دِيْنٌ الَّذِى حَمَلَهُ نَبِيُّنَا مُحَمَّدٌ، وَهُوَ أَحْسَنُ الدِّيْنِ وَ أَعْلىَ الْمِلَّةِ فىِ هَذِهِ العَالَمِ، أَيْ بِكَلِمَةٍ أُخْرَى: الإِسْـلاَمُ يَعْلُوْ وَلاَ يُعْلىَ عَلَيْهِ، وَلِمَاذَا كَذَالِكَ....... ؟ هُناَكَ أُمُوْرٌ الَّتِى تُسَـبِّبُهَا:
الأَوَّلُ: الإِسْلاَمُ هُوَ آخِرُ الدِّيْنِ السَمَاوِيِّ، فَلِذَالِكَ الإِسْلاَمُ دِيْنٌ مُكَمِّلٌ عَلَى أَدْياَنٍ قَبْلَهُ وَالْمَادَّاتُ فِيْهِ تَتَكَوَّنُ عَلَى كُلِّ إِحْتِيَاجِ الناَّسِ فىِ الدُنْياَ وَ الأَخِرَةْ ، قال الله تعالى: (( اليَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِيْنَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِى وَرَضِيْتُ لَكُمُ الإِسْلاَمَ دِيْناً)) الأَيَةْ
الثَّانِى: قَوْلُ اللهِ تَعَالىَ فىِ سُوْرَةِ :آلِ عِمْرَانْ الأَيَّةْ: تِسْعَ عَشْرَةَ، وَهُوَ (( إِنًّ الدِيْنَ عِنْدَ اللهِ الإِسْلاَمُ )) إِذَنْ الإِسْلاَمُ دِيْنُ الَّذِي أَرْسَلَ اللهُ بِهِ نَبِيَّناَ مُحَمَّدًا وَكَانَ اللهُ رَضِيَ بِهِ.
أَيُّهَا الحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهِ ..
وَلِكَوْنِ هَذَا حَيَّ بِناَ أَنْ نَتَمَسَّكَ طَرِيْقَةً وَاحِدَةً وَهِيَ الرُّجُوْعُ إِلىَ وَصِيَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهِيَ القُرْآنُ وَالسُـنَّةُ..لِأَيِّ شَيْئٍ ؟ لِإحْيَاءِ وَلِظُهُوْرِ دِيْنِناَ كَمَا شِعَارُناَ : الإِسْلاَمُ يَعْلُوْ وَلاَ يُعْلَى عَلَيْهِ. وَسَعِدْنَا فىِ الدَارَيْنِ يَعْنِى فِى الدُنْيَا وَ الآخِرَةِ، فِى الدُنْياَ حَسَنَةٌ وَفِى الآخِرَةِ حَسَنَةٌ.
أيها الْمُسْتَمِعُوْنَ الكِرَامْ ...
هَكَذَا دِيْنُنَا ، الإِسْلاَمُ يَعْلُوْ وَلاَ يُعْلَى عَلَيْهِ ، مَتَى كَانَ الْمُسْلِمُوْنَ يَقُوْمُوْنَ تَحْتَ ضَوْءِ القُرْآنِ وَالسُنَّةِ . وَالإِسْلاَمُ لاَ يَعْلُوْ وَ يُعْلَى عَلَيْهِ، مَتَى كَانَ الْمُسْلِمُوْنَ يَذْهَبُوْنَ وَيَتْرُكُوْنَهُمَا.
إِخْوَانِى ..
كَفَاكُمْ بِهَذِهِ الْخُطْبَةِ القَصِيْرَةِ، وَلَسْتُ أَناَ خَطِيْبًا مَاهِرًا وَلَسْتُ عَالِمًا خَاطِرًا، إِنْ وَجَدْتُمْ مِنِّى مِنْ حَسَـنَاتٍ فَمِنَ اللهِ تَعَالَى، وَإِنْ وَجَدْتُمْ مِنْ سَـيِّئَاتٍ فَمِنْ نَفْسِى..
وَأَسْتَعْفِيْكُمْ وَبِاللهِ التَوْفِيْقْ وَالْهِدَايَةِ وَالرِّضَا وَالعِنَايَةْ
وَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ


Memulai Untuk Sebuah Perubahan



Kita ini terlalu banyak menggunakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk sesuatu di luar diri kita. Juga terlalu banyak energi dan potensi kita untuk memikirkan selain diri kita, baik itu merupakan kesalahan, keburukan,maupun kelalaian. Namun, ternyata sikap kita yang kita anggap kebaikan itu tidak efektif untuk memperbaiki yang kita anggap salah.

Banyak orang yang menginginkan orang lain berubah, tapi ternyata yang diinginkannya itu tak kunjung terwujud. Kita sering melihat orang yang menginginkan Indonesia berubah. Tapi, pada saat yang bersamaan,ternyata keluarganya 'babak belur', di kantor sendiri tak disukai, di lingkungan masyarakat tak bermanfaat. Itu namanya terlampau muluk.

Jangankan mengubah Indonesia, mengubah anaknya saja tidak mampu. Banyak yang menginginkan situasi negara berubah, tapi kenapa merubah sikap istri saja tidak sanggup. Jawabnya adalah: kita tidak pernah punya waktu yang memadai untuk bersungguh-sungguh mengubah diri sendiri. Tentu
saja, jawaban ini tidak mutlak benar. Tapi jawaban ini perlu diingat baik-baik.

Siapa pun yang bercita-cita besar, rahasianya adalah perubahan diri sendiri. Ingin mengubah Indonesia, caranya ubah saja diri sendiri. Betapapun kuatnya keinginan kita untuk mengubah orang lain, tapi kalau tidak dimulai dari diri sendiri, semua itu menjadi hampa. Setiap keinginan mengubah hanya akan
menjadi bahan tertawaan kalau tidak dimulai dari diri sendiri. Orang di sekitar kita akan menyaksikan kesesuaian ucapan dengan tindakan kita.

Boleh jadi orang yang banyak memikirkan diri sendiri itu dinilai egois. Pandangan itu ada benarnya jika kita memikirkan diri sendiri lalu hasilnya juga hanya untuk diri sendiri.Tapi yang dimaksud di sini adalah memikirkan diri sendiri, justru sebagai upaya sadar dan sungguh-sungguh untuk memperbaiki yang lebih luas.

Perumpamaan yang lebih jelas untuk pandangan ini adalah seperti kita membangun pondasi untuk membuat rumah. Apalah artinya kita memikirkan dinding, memikirkan genteng, memikirkan tiang sehebat apa pun, kalau pondasinya tidak pernah kita bangun. Jadi yang merupakan titik kelemahan manusia adalah lemahnya kesungguhan untuk mengubah dirinya, yang diawali dengan keberanian melihat kekurangan diri.

Pemimpin mana pun bakal jatuh terhina manakala tidak punya keberanian mengubah dirinya. Orang sukses manapun bakal rubuh kalau dia tidak punya keberanian untuk mengubah dirinya.Kata kuncinya adalah keberanian.Berani mengejek itu gampang, berani menghujat itu gampang, tapi, tidak sembarang
orang yang berani melihat kekurangan diri sendiri. Ini hanya milik orang-orang yang sukses sejati.

Orang yang berani membuka kekurangan orang lain, itu biasa. Orang yang berani membincangkan orang lain, itu tidak istimewa. Sebab itu bisa dilakukan orang yang tidak punya apa-apa  sekali pun. Tapi, kalau ada  orang yang berani melihat kekurangan diri sendiri, bertanya tentang  kekurangan itu secara sistematis,  lalu dia buat sistem untuk melihat kekurangan dirinya, inilah calon orang  besar.
 
Mengubah diri dengan sadar, itu juga mengubah orang lain. Walaupun dia tidak  mengucap sepatah kata pun  untuk perubahan itu, perbuatannya sudah menjadi ucapan yang sangat berarti  bagi orang lain.
Percayalah, kegigihan kita memperbaiki diri, akan membuat orang lain melihat  dan merasakannya.
 
Memang pengaruh dari kegigihan mengubah diri sendiri tidak akan spontan  dirasakan. Tapi percayalah, itu  akan membekas dalam benak orang. Makin lama, bekas itu akan membuat orang  simpati dan terdorong untuk juga  melakukan perubahan ke arah yang lebih baik. Ini akan terus berimbas, dan akhirnya seperti bola salju. Perubahan bergulir semakin besar.
 
Jadi kalau ada orang yang bertanya tentang sulitnya mengubah anak, sulitnya  mengubah istri, jawabannya dalam diri orang itu sendiri. Jangan dulu menyalahkan orang lain, ketika mereka tidak mau berubah. Kalau kita sebagai ustadz, kyai, jangan banyak menyalahkan santrinya. Tanya dulu diri sendiri. Kalau kita sebagai pemimpin, jangan banyak menyalahkan karyawan, lihat dulu diri sendiri seperti apa.
 
Kalau kita sebagai pemimpin negara, jangan banyak menyalahkan rakyatnya. Lebih baik para penyelenggara negara gigih memperbaiki diri sehingga bisa menjadi teladan. Insya Allah, walaupun tanpa banyak berkata, dia akan membuat perubahan cepat terasa, jika berani memperbaiki diri.Itu lebih baik dibanding banyak berkata, tapi tanpa keberanian menjadi suri teladan.Jangan terlalu banyak bicara. Lebih baik bersungguh-sungguh memperbaiki diri sendiri. Jadikan perkataan makin halus, sikap makin mulia, etos kerja makin sungguh-sungguh, ibadah kian tangguh. Ini akan disaksikan orang.

Membicarakan dalil itu suatu kebaikan. Tapi pembicaraan itu akan menjadi bumerang ketika perilaku
kita tidak sesuai dengan dalil yang dibicarakan. Jauh lebih utama orang yang tidak berbicara dalil, tapi
berbuat sesuai dalil. Walaupun tidak dikatakan, dirinya sudah menjadi bukti dalil tersebut.

Mudah-mudahan, kita bisa menjadi orang yang sadar bahwa kesuksesan diawali dari keberanian melihat
kekurangan diri sendiri. Amien.

Selasa, 11 Juni 2013

DOA PENUH MAKNA




 Aku meminta kepada Allah untuk menyingkirkan penderitaanku.
 Allah menjawab, Tidak.
 Itu bukan untuk Kusingkirkan, tetapi agar kau mengalahkannya.

 Aku meminta kepada Allah untuk menyempurnakan kecacatanku.
 Allah menjawab, Tidak.
 Jiwa adalah sempurna, badan hanyalah sementara.

 Aku meminta kepada Allah untuk menghadiahkanku kesabaran.
 Allah menjawab, Tidak.
 Kesabaran adalah hasil dari kesulitan; itu tidak dihadiahkan, itu
 harus
 dipelajari.

 Aku meminta kepada Allah untuk memberiku kebahagiaan.
 Allah menjawab, Tidak.
 Aku memberimu berkat.Kebahagiaan adalah tergantung padamu.

 Aku meminta kepada Allah untuk menjauhkan penderitaan.
 Allah menjawab, Tidak.
 Penderitaan menjauhkanmu dari perhatian duniawi dan membawamu mendekat
 padaKu.

 Aku meminta kepada Allah untuk menumbuhkan rohku.
 Allah menjawab, Tidak.
 Kau harus menumbuhkannya sendiri, tetapi Aku akan memangkas untuk
 membuatmu berbuah

 Aku meminta kepada Allah segala hal sehingga aku dapat menikmati
 hidup.
 Allah menjawab, Tidak.
 Aku akan memberimu hidup, sehingga kau dapat menikmati segala hal.

 Aku meminta kepada Allah membantuku mengasihi orang lain, seperti Ia
 mengasihiku.
 Allah menjawab.. Ahhh, akhirnya kau mengerti.

 HARI INI ADALAH MILIKMU JANGAN SIA-SIAKAN .
 Bagi dunia kamu mungkin hanyalah seseorang, Tetapi bagi seseorang kamu
 adalah dunianya

PUISI UNTUK IBU



Ibu …
tergenang air mataku
Terbayang wajahmu yang redup sayu
Sucinya cinta kasih yang kau berikan
Bagaikan laut yang tak bertepi
Biarpun segala kepahitan telah kau rasakan
Tidaklah kau merasa jemu
Mengasuh dan mendidik kami semua
Dari kecil hingga dewasa

Hidupmu kau korbankan
Walaupun dirimu yang dikorbankan
Tak akan bisa terbalas semua jasamu ibu
Walaupun aku  harus menggendongmu ibadah haji
Semoga Allah senantiasa memberkati kehidupanmu
Ibu…
Ampunilah segala dosaku
Seandainya aku  telah membuatmu menangis
Restumu yang sangat aku harapkan
Karena di bawah kaki-mu surga_nya berada
Kau sabar dalam melayani kenakalan anakmu
Mengajarkan benih-benih kesabaran kepadaku
Kau bagai pelita ketika aku dalam kegelepan
Menuju jalan kehidupan

KEUTAMAAN BERBAKTI KEPADA KEDUA ORANG TUA

Di antara fadhilah (keutamaan) berbakti kepada kedua orang tua.
Pertama. Bahwa berbakti kepada kedua orang tua adalah amal yang paling utama. Dengan dasar diantaranya yaitu hadits Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam yang disepakati oleh Bukhari dan Muslim, dari sahabat Abu Abdirrahman Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu.
Dari Abdullah bin Mas'ud katanya, "Aku bertanya kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam tentang amal-amal yang paling utama dan dicintai Allah ? Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab, Pertama shalat pada waktunya (dalam riwayat lain disebutkan shalat di awal waktunya), kedua berbakti kepada kedua orang tua, ketiga jihad di jalan Allah" 
Dengan demikian jika ingin kebajikan harus didahulukan amal-amal yang paling utama di antaranya adalah birrul walidain (berbakti kepada kedua orang tua). Kedua. Bahwa ridla Allah tergantung kepada keridlaan orang tua. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Adabul Mufrad, Ibnu HIbban, Hakim dan Imam Tirmidzi dari sahabat Abdillah bin Amr dikatakan.
Dari Abdillah bin Amr bin Ash Radhiyallahu 'anhuma dikatakan bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Ridla Allah tergantung kepada keridlaan orang tua dan murka Allah tergantung kepada kemurkaan orang tua" 
Ketiga. Bahwa berbakti kepada kedua orang tua dapat menghilangkan kesulitan yang sedang dialami yaitu dengan cara bertawasul dengan amal shahih tersebut. Dengan dasar hadits Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dari Ibnu Umar.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Pada suatu hari tiga orang berjalan, lalu kehujanan. Mereka berteduh pada sebuah gua di kaki sebuah gunung. Ketika mereka ada di dalamnya, tiba-tiba sebuah batu besar runtuh dan menutupi pintu gua. Sebagian mereka berkata pada yang lain, 'Ingatlah amal terbaik yang pernah kamu lakukan'. Kemudian mereka memohon kepada Allah dan bertawassul melalui amal tersebut, dengan harapan agar Allah menghilangkan kesulitan tersebut. Salah satu diantara mereka berkata, "Ya Allah, sesungguhnya aku mempunyai kedua orang tua yang sudah lanjut usia sedangkan aku mempunyai istri dan anak-anak yang masih kecil. Aku mengembala kambing, ketika pulang ke rumah aku selalu memerah susu dan memberikan kepada kedua orang tuaku sebelum orang lain. Suatu hari aku harus berjalan jauh untuk mencari kayu bakar dan mencari nafkah sehingga pulang telah larut malam dan aku dapati kedua orang tuaku sudah tertidur, lalu aku tetap memerah susu sebagaimana sebelumnya. Susu tersebut tetap aku pegang lalu aku mendatangi keduanya namun keduanya masih tertidur pulas. Anak-anakku merengek-rengek menangis untuk meminta susu ini dan aku tidak memberikannya. Aku tidak akan memberikan kepada siapa pun sebelum susu yang aku perah ini kuberikan kepada kedua orang tuaku. Kemudian aku tunggu sampai keduanya bangun. Pagi hari ketika orang tuaku bangun, aku berikan susu ini kepada keduanya. Setelah keduanya minum lalu kuberikan kepada anak-anaku. Ya Allah, seandainya perbuatan ini adalah perbuatan yang baik karena Engkau ya Allah, bukakanlah. "Maka batu yang menutupi pintu gua itupun bergeser" 
Ini menunjukkan bahwa perbuatan berbakti kepada kedua orang tua yang pernah kita lakukan, dapat digunakan untuk bertawassul kepada Allah ketika kita mengalami kesulitan, Insya Allah kesulitan tersebut akan hilang. Berbagai kesulitan yang dialami seseorang saat ini diantaranya karena perbuatan durhaka kepada kedua orang tuanya. Kalau kita mengetahui, bagaimana beratnya orang tua kita telah bersusah payah untuk kita, maka perbuatan 'Si Anak' yang 'bergadang' untuk memerah susu tersebut belum sebanding dengan jasa orang tuanya ketika mengurusnya sewaktu kecil.
'Si Anak' melakukan pekerjaan tersebut tiap hari dengan tidak ada perasaan bosan dan lelah atau yang lainnya. Bahkan ketika kedua orang tuanya sudah tidur, dia rela menunggu keduanya bangun di pagi hari meskipun anaknya menangis. Ini menunjukkan bahwa kebutuhan kedua orang tua harus didahulukan daripada kebutuhan anak kita sendiri dalam rangka berbakti kepada kedua orang tua. Bahkan dalam riwayat yang lain disebutkan berbakti kepada orang tua harus didahulukan dari pada berbuat baik kepada istri sebagaimana diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar Radhiyallahu 'anhuma ketika diperintahkan oleh bapaknya (Umar bin Khaththab) untuk menceraikan istrinya, ia bertanya kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab, "Ceraikan istrimuu" 6.4
Dalam riwayat Abdullah bin Mas'ud yang disampaikan sebelumnya disebutkan bahwa berbakti kepada kedua orang tua harus didahulukan daripada jihad di jalan Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Begitu besarnya jasa kedua orang tua kita, sehingga apapun yang kita lakukan untuk berbakti kepada kedua orang tua tidak akan dapat membalas jasa keduanya. Di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari disebutkan bahwa ketika sahabat Abdullah bin Umar Radhiyallahu 'anhuma melihat seorang menggendong ibunya untuk tawaf di Ka'bah dan ke mana saja 'Si Ibu' menginginkan, orang tersebut bertanya kepada, "Wahai Abdullah bin Umar, dengan perbuatanku ini apakah aku sudah membalas jasa ibuku.?" Jawab Abdullah bin Umar Radhiyallahu 'anhuma, "Belum, setetespun engkau belum dapat membalas kebaikan kedua orang tuamu" 
Orang tua kita telah megurusi kita mulai dari kandungan dengan beban yang dirasakannya sangat berat dan susah payah. Demikian juga ketika melahirkan, ibu kita mempertaruhkan jiwanya antara hidup dan mati. Ketika kita lahir, ibu lah yang menyusui kita kemudian membersihkan kotoran kita. Semuanya dilakukan oleh ibu kita, bukan oleh orang lain. Ibu kita selalu menemani ketika kita terjaga dan menangis baik di pagi, siang atau malam hari. Apabila kita sakit tidak ada yang bisa menangis kecuali ibu kita. Sementara bapak kita juga berusaha agar kita segera sembuh dengan membawa ke dokter atau yang lain. Sehingga kalau ditawarkan antara hidup dan mati, ibu kita akan memilih mati agar kita tetap hidup. Itulah jasa seorang ibu terhadap anaknya.
Keempat. Dengan berbakti kepada kedua orang tua akan diluaskan rizki dan dipanjangkan umur. Sebagaimana dalam hadits yang disepakati oleh Bukhari dan Muslim, dari sahabat Anas Radhiyallahu 'anhu bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
``Barangsiapa yang suka diluaskan rizkinya dan dipanjangkan umurnya maka hendaklah ia menyambung tali silaturahmi" 
Dalam ayat-ayat Al-Qur'an atau hadits-hadits Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dianjurkan untuk menyambung tali silaturahmi. Dalam silaturahmi, yang harus didahulukan silaturahmi kepada kedua orang tua sebelum kepada yang lain. Banyak diantara saudara-saudara kita yang sering ziarah kepada teman-temannya tetapi kepada orang tuanya sendiri jarang bahkan tidak pernah. Padahal ketika masih kecil dia selalu bersama ibu dan bapaknya. Tapi setelah dewasa, seakan-akan dia tidak pernah berkumpul bahkan tidak kenal dengan kedua orang tuanya. Sesulit apapun harus tetap diusahakan untuk bersilaturahmi kepada kedua orang tua. Karena dengan dekat kepada keduanya insya Allah akan dimudahkan rizki dan dipanjangkan umur. Sebagaimana dikatakan oleh Imam Nawawi bahwa dengan silaturahmi akan diakhirkannya ajal dan umur seseorang.
Walaupun masih terdapat perbedaan dikalangan para ulama tentang masalah ini, namun pendapat yang lebih kuat berdasarkan nash dan zhahir hadits ini bahwa umurnya memang benar-benar akan dipanjangkan. Kelima. Manfaat dari berbakti kepada kedua orang tua yaitu akan dimasukkan ke jannah (surga) oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. Di dalam hadits Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam disebutkan bahwa anak yang durhaka tidak akan masuk surga. Maka kebalikan dari hadits tersebut yaitu anak yang berbuat baik kepada kedua orang tua akan dimasukkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala ke jannah (surga).
Dosa-dosa yang Allah Subhanahu wa Ta'ala segerakan adzabnya di dunia diantaranya adalah berbuat zhalim dan durhaka kepada kedua orang tua. Dengan demikian jika seorang anak berbuat baik kepada kedua orang tuanya, Allah Subahanahu wa Ta'ala akan menghindarkannya dari berbagai malapetaka, dengan izin Allah
nayyazai.blogspot.com
Menjadi Master Cyber